Tuberkulosis Oral: Manifestasi Langka yang Perlu Diwaspadai
Lee Gay Lord – Tuberkulosis oral adalah manifestasi langka dari infeksi Mycobacterium tuberculosis yang terjadi di rongga mulut. Meskipun tuberkulosis (TB) lebih dikenal sebagai penyakit paru-paru, tidak banyak yang menyadari bahwa infeksi ini juga bisa muncul di area mulut. Karena gejalanya sering menyerupai penyakit mulut lain, diagnosis tuberkulosis oral kerap tertunda dan luput dari perhatian.
Tuberkulosis oral adalah bentuk infeksi TB yang menyerang jaringan lunak rongga mulut, seperti lidah, gusi, bibir, langit-langit mulut, atau bagian dalam pipi. TB di mulut dapat berupa lesi primer (langsung dari paparan bakteri) atau lesi sekunder (penyebaran dari infeksi paru-paru atau organ lain melalui darah atau limfa).
“Simak Juga: Jangan Abaikan! 10 Tanda Penyakit Lupus yang Terlihat Sepele”
Gejala tuberkulosis oral sangat bervariasi dan sering kali menyerupai luka atau sariawan biasa, sehingga tidak jarang diabaikan, yaitu:
Lidah merupakan lokasi paling umum dari TB oral, dengan lesi berupa ulkus dalam atau granuloma kecil.
Tuberkulosis oral disebabkan oleh infeksi bakteri TB yang masuk melalui luka kecil di mukosa mulut, atau menyebar dari infeksi paru-paru. Kondisi ini lebih mungkin terjadi pada:
Diagnosis TB oral memerlukan ketelitian karena bisa menyerupai kanker mulut, sifilis, atau penyakit autoimun. Pemeriksaan yang dibutuhkan antara lain:
Pengobatan tuberkulosis oral mengikuti protokol TB sistemik, yaitu dengan obat anti-TB (OAT) selama minimal 6 bulan. Lesi mulut umumnya membaik seiring respon pengobatan sistemik. Pemberian obat topikal bersifat simptomatik untuk meredakan nyeri atau iritasi.
Pencegahan terbaik adalah pengendalian TB secara umum, menjaga kekebalan tubuh, dan menjaga kebersihan mulut untuk mencegah luka sebagai pintu masuk infeksi.
Meskipun jarang, tuberkulosis oral adalah kondisi yang penting untuk dikenali. Lesi mulut yang tidak kunjung sembuh harus dievaluasi secara menyeluruh, terutama pada pasien dengan riwayat TB atau daya tahan tubuh rendah. Deteksi dan penanganan dini dapat mencegah komplikasi lebih lanjut dan mempercepat penyembuhan.
“Baca Juga: Letusan Gunung Lewotobi, 6 Penerbangan di Lombok Dibatalkan”