Sialadenosis: Ketika Malnutrisi Menyerang Kelenjar Ludah
Lee Gay Lord – Sialadenosis mungkin terdengar asing bagi banyak orang, namun kondisi ini penting karena mencerminkan gangguan sistemik dalam tubuh. Salah satu penyebab yang cukup sering dikaitkan dengan kondisi ini adalah malnutrisi, terutama pada orang dengan defisiensi protein atau gangguan pola makan jangka panjang.
Sialadenosis adalah pembesaran kelenjar ludah, terutama kelenjar parotis, yang terjadi secara non-inflamasi dan non-neoplastik, artinya tidak disebabkan oleh infeksi atau tumor. Berbeda dengan pembengkakan akibat infeksi, sialadenosis umumnya tidak nyeri dan bersifat simetris. Kondisi ini tergolong langka namun penting dikenali karena sering menjadi tanda dari gangguan metabolik atau nutrisi yang mendasar.
“Baca Juga: Asap Rokok di Baju Bisa Bahayakan Bayi, Ini Peringatan Dokter Paru”
Salah satu faktor sistemik utama yang berkontribusi pada sialadenosis adalah malnutrisi, terutama yang berkaitan dengan defisiensi protein atau gizi buruk kronis. Kekurangan asupan protein dalam jangka panjang menyebabkan perubahan metabolik yang berdampak langsung pada struktur dan fungsi kelenjar ludah.
Ketika tubuh kekurangan protein, terjadi penurunan sintesis protein struktural dan enzimatik, termasuk yang berperan dalam menjaga keseimbangan fungsi kelenjar. Akibatnya, terjadi penumpukan lemak dan peningkatan cairan intraseluler, yang menyebabkan kelenjar ludah membengkak.
Sialadenosis juga sering ditemukan pada penderita anoreksia nervosa dan bulimia, dua jenis gangguan makan yang memengaruhi status gizi secara drastis. Pada kondisi ini, pembengkakan kelenjar parotis menjadi salah satu tanda klinis yang dapat membantu diagnosis.
Beberapa gejala umum sialadenosis meliputi:
Karena sialadenosis bersifat simtomatik terhadap gangguan sistemik, penanganannya fokus pada mengatasi penyebab dasarnya, yakni memperbaiki status gizi pasien. Intervensi nutrisi, perbaikan pola makan, dan dukungan psikologis (jika berkaitan dengan gangguan makan) menjadi pilar utama.
Langkah preventif dapat dilakukan melalui edukasi gizi, pemantauan status nutrisi secara berkala, dan penanganan gangguan makan sedini mungkin. Dalam beberapa kasus, fisioterapi wajah atau stimulasi kelenjar bisa diberikan untuk memperbaiki fungsi ludah.
“Simak Juga: Heboh! Trump Sebut Barack Obama Lakukan Pengkhianatan, Benarkah?”
This website uses cookies.