
Lee Gay Lord – Banyak orang meremehkan risiko obat dan alkohol ketika keduanya dikonsumsi bersamaan dalam kehidupan sehari-hari.
Kombinasi obat dan alkohol bisa memengaruhi cara tubuh memetabolisme zat kimia. Akibatnya, efek obat bisa meningkat berlipat atau justru hilang sama sekali. Kondisi ini membuat risiko obat dan alkohol menjadi ancaman tersembunyi yang sering tidak disadari.
Risiko obat dan alkohol semakin besar ketika seseorang minum tanpa memperhatikan aturan pakai. Selain itu, banyak orang mengabaikan peringatan di kemasan. Meski begitu, dampaknya bisa mengenai siapa saja, termasuk orang yang merasa sehat.
Beberapa golongan obat memiliki risiko tinggi bila dikonsumsi dengan alkohol. Karena itu, memahami risiko obat dan alkohol penting untuk semua orang, bukan hanya pasien dengan penyakit kronis.
Pertama, obat nyeri golongan opioid atau obat penenang sangat berbahaya dengan alkohol. Keduanya bisa menekan sistem saraf pusat. Akibatnya, napas melambat, tekanan darah turun, dan risiko kematian meningkat.
Kedua, obat tidur dan obat penenang cemas juga memperkuat efek kantuk alkohol. Sementara itu, risiko obat dan alkohol dalam kombinasi ini sering memicu kecelakaan, jatuh, dan hilang kesadaran tiba-tiba.
Ketiga, obat antidepresan dan antipsikotik berpotensi mengganggu suasana hati dan kemampuan berpikir saat dicampur alkohol. Di sisi lain, risiko obat dan alkohol dapat memperburuk gejala depresi dan perilaku impulsif.
Keempat, obat untuk jantung, tekanan darah, dan diabetes pun tidak kalah berbahaya. Alkohol mengubah kadar gula darah dan tekanan darah. Karena itu, risiko obat dan alkohol bisa membuat efek obat menjadi sulit diprediksi.
Efek kombinasi obat dan alkohol tidak hanya terasa sebagai pusing atau kantuk. Risiko obat dan alkohol bisa menyerang hampir semua sistem tubuh.
Pada otak dan sistem saraf, kombinasi ini menurunkan kewaspadaan, memperlambat refleks, serta mengganggu kemampuan mengambil keputusan. Bahkan, keputusan berbahaya seperti menyetir dalam keadaan mabuk menjadi lebih sering.
Pada saluran pencernaan, alkohol dan obat tertentu dapat mengiritasi lambung dan usus. Akibatnya, nyeri perut, mual, muntah, dan perdarahan saluran cerna bisa terjadi tiba-tiba. Risiko obat dan alkohol meningkat bila dikonsumsi dalam jangka panjang.
Hati dan ginjal adalah organ yang bekerja keras memetabolisme obat dan alkohol. Bila keduanya dipaksa bekerja berlebihan, kerusakan hati dan gangguan ginjal bisa muncul. Bahkan, risiko obat dan alkohol dapat memicu gagal organ yang mengancam nyawa.
Banyak orang hanya fokus pada efek sesaat setelah minum, padahal risiko obat dan alkohol jangka panjang tidak kalah berbahaya. Penggunaan berulang dapat mempercepat kerusakan organ dan memicu ketergantungan.
Kerusakan hati kronis, seperti sirosis, sering berkaitan dengan konsumsi alkohol. Selain itu, obat tertentu ikut membebani hati. Ketika digabung, risiko obat dan alkohol membuat proses kerusakan berjalan lebih cepat.
Pada sistem kejiwaan, kombinasi ini bisa memperparah gangguan cemas, depresi, dan masalah tidur. Bahkan, pikiran untuk menyakiti diri dapat meningkat tanpa disadari. Karena itu, dukungan keluarga dan tenaga kesehatan sangat dibutuhkan.
Tidak semua orang memiliki daya tahan tubuh yang sama. Kelompok tertentu sangat rentan terhadap risiko obat dan alkohol meski mengonsumsi dalam dosis kecil.
Kelompok lansia, misalnya, biasanya mengonsumsi banyak obat untuk penyakit kronis. Sementara itu, metabolisme mereka melambat. Kondisi ini membuat efek obat dan alkohol bertahan lebih lama dan lebih kuat.
Remaja dan dewasa muda juga rentan. Pola minum berlebihan, ditambah rasa penasaran terhadap obat tertentu, meningkatkan risiko obat dan alkohol secara drastis. Bahkan, satu kali percobaan bisa berakhir fatal.
Selain itu, penderita penyakit hati, ginjal, jantung, dan gangguan jiwa berada pada kategori sangat berisiko. Obat yang rutin mereka minum bisa bereaksi keras dengan alkohol. Di sisi lain, mereka sering tidak memahami betapa seriusnya kombinasi tersebut.
Mengenali gejala sejak awal dapat menyelamatkan nyawa. Risiko obat dan alkohol sering ditandai dengan perubahan fisik dan perilaku yang jelas.
Beberapa tanda bahaya meliputi kantuk berat, bicara pelo, jalan sempoyongan, dan kesulitan bernapas. Selain itu, detak jantung bisa menjadi sangat lambat atau justru sangat cepat.
Bila seseorang sulit dibangunkan, tidak merespons panggilan, atau tampak kebiruan di bibir dan ujung jari, situasi ini sudah gawat. Risiko obat dan alkohol pada tahap ini bisa berujung henti napas dan henti jantung.
Read More: World Health Organization fact sheet on harmful alcohol use
Pencegahan adalah cara paling efektif mengurangi risiko obat dan alkohol. Langkah sederhana sering kali cukup untuk menurunkan potensi bahaya secara signifikan.
Pertama, selalu baca label dan peringatan di kemasan obat. Bila tertulis tidak boleh diminum dengan alkohol, patuhi tanpa kompromi. Selain itu, jangan menambah dosis tanpa arahan tenaga kesehatan.
Kedua, biasakan memberi tahu dokter atau apoteker tentang kebiasaan minum alkohol. Informasi jujur membantu mereka memilih obat yang lebih aman dan meminimalkan risiko obat dan alkohol.
Ketiga, hindari menyimpan obat di tempat yang sama dengan minuman beralkohol. Kebiasaan ini bisa memicu konsumsi bersamaan tanpa sadar, terutama saat lelah atau terburu-buru.
Keempat, tanamkan kebiasaan bertanya sebelum minum obat baru. Satu pertanyaan singkat dapat mencegah efek samping serius dan mengurangi risiko obat dan alkohol pada jangka panjang.
Keluarga dan lingkungan dekat memegang peran penting. Dukungan mereka membantu seseorang menghindari risiko obat dan alkohol, terutama bagi anggota keluarga yang sedang menjalani pengobatan jangka panjang.
Anggota keluarga dapat membantu mengatur jadwal obat, memperingatkan saat ada acara minum, dan mengingatkan tentang bahaya yang mungkin terjadi. Selain itu, komunikasi terbuka membuat setiap anggota merasa aman untuk bercerita.
Di tempat kerja, kebijakan jelas tentang alkohol dan obat-obatan juga penting. Sementara itu, edukasi rutin membantu karyawan mengenali risiko obat dan alkohol serta menumbuhkan budaya saling menjaga.
Informasi yang tepat menjadi benteng utama terhadap risiko obat dan alkohol di masyarakat modern. Semakin banyak orang memahami bahaya kombinasi ini, semakin kecil peluang terjadinya insiden berat.
Mengubah kebiasaan memang tidak mudah. Namun, satu keputusan sadar untuk tidak mencampur obat dengan minuman beralkohol bisa menyelamatkan nyawa sendiri dan orang sekitar. Pada akhirnya, kesadaran akan risiko obat dan alkohol adalah bentuk tanggung jawab terhadap kesehatan diri dan keluarga.
This website uses cookies.