Meluruskan Mitos: Darah Haid Bukanlah Darah Kotor!
Lee Gay Lord – Masih banyak orang menyebut darah haid sebagai darah kotor, bahkan menganggapnya menjijikkan atau pembawa penyakit. Mitos ini telah berkembang sejak lama dan membuat sebagian perempuan merasa malu saat menstruasi, apalagi jika darah sampai menembus pakaian.
Tapi benarkah menstruasi adalah darah kotor?
Menurut dr. Achmad Kemal Harzif, spesialis kandungan dan ahli fertilitas dari FKUI-RSCM, anggapan tersebut tidak tepat. “Darah haid berasal dari jaringan dinding rahim yang luruh, bukan darah kotor dalam arti sebenarnya,” jelasnya dalam acara KnowYourFlow di Jakarta.
“Simak Juga: Ikterus (Jaundice) di Rongga Mulut, Tanda Awal Penyakit Sistemik”
Setiap bulan, tubuh perempuan membentuk lapisan endometrium di rahim sebagai persiapan kehamilan. Jika tidak terjadi pembuahan, lapisan ini akan luruh dan keluar bersama darah melalui vagina, itulah yang disebut haid. Proses ini alami dan sehat, bukan pengeluaran racun atau kotoran dari tubuh.
Kemal menduga istilah ‘darah kotor’ muncul karena dalam ajaran agama tertentu, perempuan yang sedang haid dilarang melakukan ibadah. Namun, larangan ini bukan karena haid dianggap najis, melainkan karena tubuh sedang berada dalam fase reproduktif khusus dan membutuhkan waktu untuk beristirahat secara biologis. “Saat haid, tubuh sedang meluruhkan benih yang tidak dibuahi. Ini bagian dari sistem reproduksi,” jelasnya.
Kemal juga menegaskan bahwa dalam kondisi normal, darah menstruasi tidak menularkan penyakit. Sama seperti cairan tubuh lainnya seperti air liur atau urine, darah haid memang bisa mengandung kuman, tetapi bukan berarti berbahaya atau patut dihindari secara berlebihan.
“Tubuh manusia tidak steril. Semua cairan tubuh bisa mengandung kuman, tapi tidak selalu menyebabkan penyakit,” ujarnya dalam penjelasan lebih lanjut.
Kecuali jika penderitanya mengidap penyakit menular seperti HIV atau hepatitis, darah menstruasi umumnya tidak membahayakan siapa pun. Maka, penting untuk menghentikan stigma, memberikan edukasi yang benar, dan lebih menghargai tubuh perempuan serta proses biologisnya yang alami.
“Baca Juga: Memahami Konsep Karma, Apa yang Ditabur, Itulah yang Dituai”