
Lee Gay Lord menyajikan perkembangan terbaru mengenai manfaat daun salam untuk yang kini dikonfirmasi oleh berbagai studi klinis tahun 2025.
Peneliti dari beberapa universitas kedokteran mencatat manfaat daun salam untuk sistem pencernaan melalui uji klinis acak terkontrol pada puluhan hingga ratusan peserta. Mereka menilai gejala kembung, nyeri perut, frekuensi buang air besar, serta rasa tidak nyaman di lambung.
Selain itu, ekstrak daun salam dalam bentuk kapsul dan seduhan dibandingkan dengan plasebo. Hasil awal menunjukkan penurunan keluhan pencernaan ringan hingga sedang, terutama pada subjek dengan pola makan tinggi lemak dan kurang serat.
Sementara itu, kelompok yang mengonsumsi daun salam bersama perubahan pola makan sehat memperoleh perbaikan lebih besar. Hal ini memberi gambaran bahwa manfaat daun salam untuk akan optimal bila digabung pola hidup seimbang.
Ahli fitokimia memetakan beberapa senyawa penting yang diduga memengaruhi manfaat daun salam untuk saluran cerna. Di antaranya adalah eugenol, cineole, quercetin, serta beragam minyak atsiri aromatik.
Senyawa ini diduga membantu mengurangi spasme otot polos usus. Karena itu, beberapa peserta penelitian melaporkan perut terasa lebih ringan setelah konsumsi rutin seduhan daun salam.
Di sisi lain, kandungan antioksidan membantu menekan stres oksidatif pada mukosa lambung dan usus. Meski begitu, peneliti menegaskan bahwa penelitian lebih luas masih diperlukan untuk memastikan dosis paling aman dan efektif.
Studi klinis terbaru berupaya menjelaskan bagaimana manfaat daun salam untuk bekerja pada lambung dan usus. Pengamatan menunjukkan adanya kecenderungan penurunan kadar gas berlebih yang dihasilkan bakteri usus tertentu.
Beberapa senyawa aromatik daun salam memiliki efek karminatif, yaitu membantu mengeluarkan gas dari saluran cerna. Akibatnya, rasa kembung dan begah dapat berkurang pada sebagian peserta.
Namun, respons tubuh tidak seragam. Sementara itu, ada kelompok kecil yang tidak merasakan perubahan signifikan. Faktor pola makan harian, tingkat stres, dan kualitas tidur diduga ikut memengaruhi hasil.
Penelitian tahun 2025 juga menyinggung manfaat daun salam untuk keluhan maag ringan seperti rasa perih atau panas di ulu hati. Pada sebagian subjek, pemberian ekstrak daun salam disertai penurunan skor nyeri.
Peneliti menduga efek ini terkait potensi antiinflamasi dan kemampuan menurunkan iritasi pada lapisan lambung. Namun, mereka menekankan bahwa daun salam tidak boleh menggantikan obat yang diresepkan dokter bagi penderita maag berat atau tukak lambung.
Meski begitu, penggunaan daun salam sebagai pendukung gaya hidup sehat dinilai cukup menjanjikan. Terutama jika dikombinasikan dengan pengaturan jadwal makan, pengurangan kopi berlebih, dan berhenti merokok.
Bidang gastroenterologi kini banyak menyoroti hubungan manfaat daun salam untuk dan keseimbangan mikrobiota usus. Beberapa studi laboratorium tahun 2025 mengamati bagaimana ekstrak daun salam mempengaruhi pertumbuhan bakteri bermanfaat.
Hasil awal menunjukkan potensi modulasi komposisi bakteri, meski riset masih berskala kecil. In addition, pengaruh tersebut tampaknya lebih kuat bila asupan serat dari sayur dan buah juga memadai.
Read More: Scientific review of bay leaf benefits for digestion and gut health
Karena kompleksitas ekosistem usus, para ilmuwan berhati-hati menarik kesimpulan. Mereka mendorong penelitian lebih panjang untuk memastikan apakah manfaat daun salam untuk benar-benar stabil terhadap mikrobiota dalam jangka waktu bertahun-tahun.
Dalam studi 2025, ada beberapa bentuk sediaan yang diuji untuk mengevaluasi manfaat daun salam untuk kesehatan pencernaan. Bentuk paling umum adalah seduhan air hangat dengan beberapa lembar daun salam kering.
Selain seduhan, sebagian peneliti memakai kapsul ekstrak standar dengan dosis tertentu. Hal ini memudahkan pengukuran dan meminimalkan variasi kandungan senyawa aktif antar daun.
After that, peneliti membandingkan hasil kedua bentuk tersebut. Perbedaannya tidak terlalu jauh selama dosis total sebanding. Namun, kapsul dinilai lebih praktis bagi peserta dengan jadwal padat.
Pakar gizi yang terlibat studi menyarankan masyarakat memahami batas wajar saat mengejar manfaat daun salam untuk pencernaan. Konsumsi berlebihan tidak otomatis meningkatkan efek positif dan justru bisa mengganggu.
Secara umum, penggunaan 2–4 lembar daun dalam masakan harian masih dianggap aman bagi orang sehat. Untuk seduhan, sebagian ahli menyarankan 2–3 lembar yang direbus lalu didinginkan sebelum diminum.
As a result, pendekatan moderat dinilai paling bijak. Orang dengan penyakit kronis sebaiknya berdiskusi dengan dokter sebelum menambah pemakaian daun salam dalam bentuk suplemen.
Meski manfaat daun salam untuk cukup menarik, tidak semua orang bisa memakainya dengan bebas. Ibu hamil, menyusui, serta penderita gangguan ginjal atau hati harus ekstra waspada.
Beberapa obat juga mungkin berinteraksi dengan senyawa aktif daun salam. On the other hand, data interaksi masih terbatas sehingga dokter perlu menilai kasus per kasus.
Nevertheless, gejala seperti mual berat, muntah, diare parah, atau reaksi alergi setelah konsumsi daun salam tidak boleh diabaikan. Pengguna perlu segera menghentikan konsumsi dan mencari pertolongan medis.
Para peneliti memandang manfaat daun salam untuk pencernaan sebagai area riset yang masih berkembang dan penuh peluang. Mereka berencana melakukan uji klinis dengan jumlah peserta lebih besar dan durasi lebih panjang.
Tujuannya agar rekomendasi dosis dan pola penggunaan menjadi lebih jelas, terutama bagi penderita gangguan pencernaan kronis. Bahkan, ada wacana menggabungkan daun salam dengan tanaman herbal lain dalam satu formula yang terstandar.
Pada akhirnya, masyarakat dapat memanfaatkan daun salam secara bijak. Dengan memahami bukti ilmiah terbaru, memantau respons tubuh, dan tetap berkonsultasi dengan tenaga kesehatan, manfaat daun salam untuk dapat menjadi bagian seimbang dari upaya menjaga kesehatan pencernaan jangka panjang.
This website uses cookies.