Hati-hati! 9 Risiko Kesehatan Jika Menjalani Diet Karnivora
Lee Gay Lord – Diet karnivora lebih menekankan konsumsi hanya pada produk hewani dan hampir menghilangkan semua sumber nabati. Meskipun beberapa orang melaporkan penurunan berat badan dan peningkatan energi, pola makan ini membawa risiko kesehatan yang signifikan. Memahami dampak tersebut penting sebelum memutuskan menjalani diet karnivora.
Konsumsi tinggi lemak jenuh dari daging merah dan produk hewani dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (non-HDL). Daging olahan yang kaya garam juga berpotensi menaikkan tekanan darah. Kedua faktor ini meningkatkan risiko penyakit jantung, serangan jantung, dan stroke.
Asupan protein yang sangat tinggi membebani ginjal karena harus memproses limbah metabolisme protein. Jika berlangsung dalam jangka panjang, hal ini dapat menurunkan fungsi ginjal dan meningkatkan risiko penyakit ginjal kronis.
“Baca Juga: BPOM Tegas! Produk Palsu Suplemen Pemutih Dr. LSW Dilarang Beredar”
Diet karnivora hampir tidak mengandung buah, sayuran, atau serat. Kekurangan serat mengganggu pencernaan, menyebabkan sembelit, serta meningkatkan kadar kolesterol jahat. Kondisi ini juga berhubungan dengan risiko penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah.
Asupan protein berlebihan dapat memicu batu ginjal, asam urat, dan osteoporosis. Beban protein yang tinggi secara terus-menerus dapat menurunkan fungsi ginjal dan mempercepat kerusakan organ dalam jangka panjang.
Diet karnivora hampir tidak mengandung karbohidrat sama sekali. Berbeda dengan diet keto standar, kandungan lemak pada diet ini bergantung pada jenis dan jumlah daging, ikan, unggas, serta produk susu yang dikonsumsi, sehingga metabolisme tubuh bisa terganggu.
Lemak jenuh tinggi dapat meningkatkan LDL, mempercepat penumpukan plak di arteri, memicu peradangan pembuluh darah, serta meningkatkan kemungkinan serangan jantung atau stroke. American Heart Association menganjurkan pembatasan daging merah untuk menjaga kesehatan jantung.
Konsumsi daging merah berlebihan dikaitkan dengan risiko kanker kolorektal dan beberapa jenis kanker lain. Pengolahan daging seperti pengasapan atau pengawetan menambah senyawa karsinogenik. Rendahnya serat juga memperlambat pencernaan sehingga racun menumpuk lebih lama.
Kurangnya serat dapat menyebabkan sembelit, perut kembung, nyeri, dan ketidakseimbangan bakteri usus. Pencernaan yang terganggu berpotensi menimbulkan ketidaknyamanan harian jika diet dijalani dalam jangka panjang.
Kekurangan vitamin, mineral, dan elektrolit dapat memicu kram otot, pusing, kelelahan, serta melemahkan fungsi otot jantung. Kondisi ini juga menurunkan performa fisik dan meningkatkan risiko kelelahan kronis.
Diet karnivora memang bisa memberikan hasil estetika atau energi jangka pendek, tetapi risiko kesehatan jangka panjangnya perlu diperhitungkan. Konsultasi dengan ahli gizi atau dokter sebelum memulai diet ini sangat disarankan untuk menjaga keseimbangan nutrisi dan kesehatan tubuh.
“Simak Juga: Forum Penyelamat USU Desak Muryanto Amin Hadiri Panggilan KPK”
This website uses cookies.