Gejala Alergi Sperma yang Jarang Diketahui, Pria Juga Berisiko
Lee Gay Lord – Meski langka, alergi sperma atau hypersensitivity to seminal plasma (SPH) adalah kondisi medis yang bisa menyerang pria dan wanita. Alergi ini merupakan reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap protein dalam plasma mani, bukan terhadap sel sperma itu sendiri.
Alergi ini biasanya muncul saat wanita melakukan hubungan seksual untuk pertama kalinya. Namun, kondisi ini juga bisa muncul tiba-tiba setelah berhubungan dengan pasangan yang berbeda.
Gejala yang umum terjadi di antaranya rasa gatal, kemerahan, bengkak, nyeri, dan sensasi terbakar pada area genital. Dalam beberapa kasus, reaksi alergi bisa lebih serius, seperti sesak napas dan gatal-gatal di seluruh tubuh beberapa saat setelah berhubungan.
“Simak Juga: Jokowi Alami Alergi Kulit, Ini Kemungkinan Pemicunya”
Michael Carroll, Associate Professor di Manchester Metropolitan University, mengungkapkan bahwa pria juga bisa mengalami kondisi serupa yang disebut sindrom penyakit pascaorgasme (post-orgasmic illness syndrome atau POIS). Gejalanya menyerupai flu, seperti kelelahan berat, nyeri otot, kabut otak, dan rasa tidak nyaman setelah ejakulasi.
POIS diduga merupakan reaksi autoimun, di mana tubuh pria secara keliru menganggap sperma mereka sendiri sebagai ancaman. Diagnosisnya cukup sulit, tetapi tes kulit dengan sampel sperma bisa memberikan hasil yang positif.
Alergi ini pertama kali terdokumentasi pada tahun 1967 dan kini digolongkan sebagai hipersensitivitas tipe 1, seperti alergi terhadap serbuk sari atau kacang. Gejalanya bisa ringan seperti iritasi lokal, atau berat seperti pusing, pilek, mengi, bahkan anafilaksis.
Sebelumnya, alergi ini diperkirakan sangat langka. Namun, penelitian yang dipimpin Jonathan Bernstein menemukan bahwa hampir 12% wanita dengan keluhan pasca-koitus mungkin mengalami alergi sperma.
Alergi ini tidak secara langsung menyebabkan infertilitas, tetapi dapat menghambat kehamilan. Pengobatan yang umum dilakukan meliputi antihistamin, obat antiinflamasi, hingga desensitisasi menggunakan plasma mani yang diencerkan.
Untuk kasus berat, pasangan dapat memilih prosedur bayi tabung (IVF) dengan sperma yang telah dicuci agar tidak memicu reaksi alergi.
“Baca Juga: MPR RI Goes to Campus di USU, Dorong Transisi Energi”