Benarkah Makanan Pedas Baik untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
Lee Gay Lord – Makanan pedas sering kali dianggap sebagai penyebab utama berbagai gangguan lambung dan masalah pencernaan lainnya. Namun, penelitian menunjukkan bahwa konsumsi makanan pedas dalam jumlah wajar justru bisa membawa banyak manfaat kesehatan. Kandungan utama cabai, yaitu capsaicin, adalah senyawa yang memberi rasa pedas dan memiliki efek positif bagi tubuh.
Capsaicin bekerja dengan mengaktifkan reseptor saraf TRPV1 yang dapat meningkatkan metabolisme. Studi juga mengungkapkan bahwa capsaicin membantu mengatur gula darah, mengurangi peradangan, dan meningkatkan rasa kenyang. Dr. Long Nguyen, asisten profesor di Harvard Medical School, menjelaskan, “Capsaicin memicu pelepasan adrenalin yang membantu pembakaran lemak dan kontrol kadar gula.”
“Simak Juga: Manfaat Work-Life Balance untuk Kesehatan dan Produktivitas”
Sebuah tinjauan ilmiah pada 2020 menemukan bahwa orang yang rutin mengonsumsi cabai memiliki risiko lebih rendah terhadap obesitas, penyakit jantung, dan diabetes tipe 2. Bahkan, kelompok ini memiliki kemungkinan 25 persen lebih kecil mengalami kematian dini dibandingkan yang jarang makan cabai. Manfaat ini diperkirakan berasal dari efek anti-inflamasi capsaicin yang menstabilkan sistem imun tubuh.
Selain itu, capsaicin juga digunakan secara topikal untuk meredakan nyeri saraf dan radang sendi. Senyawa ini diyakini turut mendukung keragaman mikrobioma usus yang berperan penting dalam pencernaan dan imunitas. Walaupun sebagian besar studi masih dilakukan pada hewan, data awal pada manusia menunjukkan potensi manfaat serupa.
Para ahli menyarankan konsumsi cabai sekitar dua sampai empat kali seminggu untuk mendapatkan manfaat optimal. Penelitian lain bahkan menyebutkan konsumsi hampir setiap hari juga aman. Adaptasi terhadap rasa pedas biasanya terjadi dalam waktu sekitar satu minggu, sehingga sensitivitas lidah terhadap capsaicin menurun dan memungkinkan konsumsi cabai lebih banyak.
Menariknya, manfaat makan pedas juga bisa berasal dari cara tubuh merespons sensasi terbakar di mulut, seperti makan lebih lambat yang berdampak positif pada berat badan dan kadar gula darah.
Meski banyak manfaatnya, makanan pedas tidak cocok untuk semua orang. Konsumsi berlebihan bisa memicu refluks asam lambung atau iritasi usus, terutama jika tiba-tiba atau dalam jumlah besar. Dr. Nguyen menyarankan agar orang yang memiliki keluhan lambung membatasi atau menghindari makanan pedas.
Setiap orang perlu mengenali tingkat toleransi tubuh masing-masing dan konsultasi dengan dokter atau ahli gizi sebelum mengubah pola makan secara signifikan.
Makanan pedas, terutama cabai, dapat menjadi bagian dari gaya hidup sehat jika dikonsumsi dengan bijak dan disesuaikan dengan kondisi tubuh. Selalu perhatikan sinyal tubuh dan konsultasikan dengan ahli agar manfaat maksimal bisa dirasakan tanpa efek samping.
“Baca Juga: Trump Resmi Naikkan Tarif Negara BRICS 10%, RI Terdampak?”