neuropati

Lee Gay Lord – Neuropati atau kerusakan saraf tepi adalah kondisi yang dapat menurunkan fungsi tubuh dan menyebabkan amputasi jika tidak ditangani. Sayangnya, gejala penyakit ini sering luput dari perhatian karena muncul secara perlahan dan kerap disalahartikan.

Neuropati didefinisikan sebagai kerusakan pada saraf,” jelas dr. Yeni Quinta Mondiani, SpN, dosen Fakultas Kedokteran IPB University, dikutip dari laman resmi IPB, Kamis (24/7/2025).

Gejala Berdasarkan Jenis Saraf yang Terdampak

Saraf tepi terbagi menjadi tiga jenis: sensorik, motorik, dan otonom. Gejalanya pun bergantung pada saraf yang terkena.

“Simak Juga: Mengapa Penyakit Kusta Tak Kunjung Hilang di Indonesia? Ini Kata Menkes”

Untuk saraf sensorik, terdapat dua jenis gejala:

  1. Gejala positif: kesemutan, rasa terbakar, nyeri tajam.
  2. Gejala negatif: mati rasa atau hilangnya sensasi (kebas).

Jika yang terganggu adalah saraf motorik, gejala bisa berupa kelemahan otot, seperti sulit menggenggam atau membuka botol. Gangguan pada saraf otonom bisa menyebabkan masalah pencernaan, tekanan darah, hingga disfungsi organ.

Bukan Penyakit Lansia: Anak Muda Juga Rentan

Neuropati bukan satu penyakit tunggal, melainkan sindrom dengan berbagai penyebab. Diabetes mellitus adalah penyebab paling umum, dan biasanya berkembang menjadi neuropati dalam 3–5 tahun.

Penyebab lain meliputi:

  • Efek samping obat (antibiotik, kemoterapi, dll.)
  • Kekurangan vitamin B kompleks dan E
  • Penyakit autoimun
  • Paparan racun (logam berat, pestisida)
  • Aktivitas repetitif seperti mengetik tanpa jeda

“Sekarang banyak kasus pada usia muda, bahkan anak 20-an sudah ada yang terkena neuropati,” ujar Yeni. Mahasiswa dan pekerja kantoran termasuk kelompok yang berisiko.

Deteksi Dini dan Gaya Hidup Sehat adalah Kunci

Yeni mengimbau masyarakat agar waspada terhadap kesemutan atau kebas mendadak, apalagi tanpa penyebab yang jelas. Jika gejala bertahan lebih dari dua minggu meskipun sudah mengonsumsi vitamin saraf, segera konsultasikan ke dokter.

Untuk mencegahnya, ia menyarankan:

  • Pola makan bergizi
  • Rutin stretching tiap 30–60 menit saat bekerja
  • Hindari alkohol dan merokok
  • Cukupi kebutuhan vitamin, terutama vitamin B

Risiko Serius Jika Diabaikan

Neuropati yang tak ditangani dapat menurunkan kualitas hidup secara drastis. Penderita diabetes, misalnya, bisa mengalami luka kronis yang tak terasa hingga berujung infeksi serius dan amputasi. Gangguan psikologis seperti depresi pun bisa muncul akibat kondisi berkepanjangan.

“Cegah neuropati sedari dini. Jaga sarafmu, jaga kesehatanmu,” tutup Yeni.

“Baca Juga: Bupati Samosir Gandeng Akademisi USU Teliti Air Keruh di Danau Toba”

Similar Posts